Amangkurat I: Raja Mataram yang Kekejamannya Membawa Keruntuhan

by admin note line update
7 views

noteline update- SEJARAH, Amangkurat I, raja keempat Kesultanan Mataram, dikenal bukan karena kebijaksanaan seperti ayahnya, Sultan Agung, melainkan karena kekejaman dan paranoia yang menghancurkan kerajaannya sendiri.

Pemerintahannya menjadi periode paling kelam dalam sejarah Mataram, ditandai dengan pembantaian massal ulama, pejabat, dan bahkan keluarga sendiri.

Pembantaian Massal di Plered: Sekitar 5.000 hingga 6.000 ulama dan keluarga mereka diundang ke alun-alun Plered dengan dalih rapat.

Namun, pembantaian dimulai dengan tembakan meriam istana. Ribuan nyawa melayang dalam waktu singkat, sebuah aksi yang direncanakan dengan cermat oleh Amangkurat I, yang kemudian pura-pura terkejut dan menuduh para ulama sebagai pengkhianat.

Korban Kekejaman: Kekejaman Amangkurat I tak hanya tertuju pada ulama. Delapan pembesar kerajaan, termasuk Tumenggung Wiraguna (yang istrinya pernah diselingkuhi Amangkurat I), beberapa adik dan menantu raja, juga menjadi korban.

Siapa pun yang dianggap mengancam kekuasaannya langsung disingkirkan tanpa ampun.

“Kuku yang Putus”: Babad Tanah Jawi menggambarkan masa pemerintahan Amangkurat I sebagai “kuku yang putus,” metafora untuk kekuasaan yang runtuh.

Tindakan sewenang-wenang sang raja dianggap membawa kutukan bagi kerajaannya.

Sejarawan H.J. de Graaf menekankan perencanaan matang di balik pembantaian ulama, menunjukkan sifat kejam dan licik Amangkurat I.

Keruntuhan Mataram: Pembantaian ulama, yang seharusnya menjadi pilar kekuatan kerajaan, melemahkan Mataram.

Pengaruh VOC semakin kuat, ekonomi melemah, dan akhirnya, pemberontakan Pangeran Trunajaya dari Madura pada tahun 1677 menghancurkan sisa-sisa kekuatan Mataram.

Amangkurat I melarikan diri dan mencari perlindungan dari VOC, musuh yang sebelumnya ia coba hindari.

Cinta Buta dan Kematian Ratu Malang: Kisah cinta Amangkurat I dengan Ratu Malang, seorang wanita bukan bangsawan, menambah sisi gelap pemerintahannya.

Demi cintanya, ia tega menghilangkan suami Ratu Malang dan menjadikan wanita tersebut sebagai selir.

Kematian Ratu Malang yang misterius, diduga diracun, menyebabkan Amangkurat I semakin kehilangan kendali dan melakukan tindakan kejam lainnya.

Konflik Keluarga dan Akhir Hidup: Konflik dengan putranya sendiri, Raden Mas Rahmat, dan pemberontakan Trunojoyo semakin memperparah situasi.

Amangkurat I meninggal pada tahun 1677, diduga diracun oleh putranya sendiri.

Amangkurat I, meskipun putra Sultan Agung, menjadi kebalikan dari ayahnya. Kekejaman, paranoia, dan cinta buta menghancurkan Kesultanan Mataram.

Kisahnya menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kepemimpinan yang didasari ego dan amarah dapat membawa kehancuran bagi sebuah kerajaan.*

diambil dari berbagai sumber
foto net

Lainnya

Edtior's Picks

Latest Articles